Senin, 25 Mei 2015

Faktor Genetik pada Kepribadian

Kepribadian dapat diartikan layaknya sebagai topeng, dalam Bahasa Latin istilah kepribadian yaitu persona yang artinya topeng. Topeng disini merupakan aspek kedirian yang dapat kita pilih untuk ditampilkan kedunia, dengan kata lain topeng yang kita gunakan sehari-hari dalam kehidupan. Kepribadian sering sekali dikaitkan dengan faktor genetik, contohnya untuk menjelaskan keyakinan ini seperti “dia punya tempramen seperti umumnya orang Irlandia”, atau “dia persis seperti Ayahnya”, atau “dia punya minat artistik seperti pamannya”. Semua pernyataan ini mengimplikasikan sebuah penjelasan berbasis genetik bagi kepribadian karena semua ciri dan sifat itu “sudah ada didalam darahnya”.
Banyak orang berpandangan bahwa karakteristik kepribadian dipengaruhi kuat oleh hereditas. Hereditas dapat memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menentukan kepribadian, Thomas J. Bouchard, Jr. meneliti kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan diasuh terpisah lalu Bouchard terus-menerus menemukan kemiripan yang sangat besar di antara kepribadian kembar identik ini, yang pada nyatanya mereka dipisahkan sejak lahir dan diasuh oleh keluarga yang berbeda. Bouchard (1984 hlm. 174-175) menyimpulkan, baik riset kembar maupun riset adopsi, mengerucut ke satu temuan mengejutkan bahwa pengaruh lingkungan yang sama ternyata memainkan peran kecil saja bagi penentuan sebuah kepribadian. Dengan kata lain, jika sampai anak-anak yang dibesarkan dikeluarga yang sama memiliki karakteristik kepribadian yang serupa, maka fakta ini jauh lebih masuk akal jika dijelaskan lewat gen-gen mereka ketimbang kesamaan pengalaman-pengalaman mereka dikeluarga tersebut. Tellegen dkk (1988) menentukan jika genetik merupakan satu-satunya variabel yang paling berperan penting bagi penentuan kadar sifat kepribadian yang dimiliki seperti rasa sejahtera, kemampuan bersosialisasi, prestasi, agresi, dan tradisionalisme, serta yang paling mengejutan adalah fakta jika religiusitas juga dapat diwariskan secara genetik (Waller, Kojetin, Bouchard, Lykken & Tellegen, 1990).
Holden menyimpulkan berdasarkan kajian terhadap penelitian yang dilakukan Bouchard mengenai kepribadian adalah lingkungan yang sama kelihatannya tidak begitu berperan didalam penciptaan kemiripan pribadi diantara anggota-anggota di keluarga yang sama. Dari sudut pandang organisme, begitulah mereka melihatnya, tidak pernah ada sebuah lingkungan yang sama persis bagi dua individu manapun, bahkan yang kembar identik sekalipun yang bisa memunculkan kesamaan pribadi, kecuali individu-individu tersebut juga memiliki kesamaan di gen-gen mereka.
Pertanyaan tentang seberapa banyak kepribadian dipengaruhi bawaan genetik, sampai saat ini belum nenemukan jawaban yang pasti. Kontroversi nativisme-empirisme (bawaan-bentukan) termasuk dalam teori kepribadian. Klaim-klaim nativistik bahwa atribut penting manusia, seperti contohnya kecerdasan ditentukan oleh bawaan genetik, kaum nativistik menyatakan kecerdasan dapat diraih sejak masa pembuahaan dan situasi hidup, serta membantu seseorang menyadari potensi kecerdasan yang sudah ditentukan secara genetik.  Kaum empiris sebaliknya yakni kecerdasan lebih ditentukan oleh pengalaman manusia ketimbang bawaan genetik, bagi kaum empiris, kecerdasan manusia ditemukan di dalam lingkungan bukan gen. Kontroversi nativisme-empirisme ini memanefastikan diri di dalam teori kepribadian.

Sumber : Olson, M.H & Hergenhahn B.R.(2011). A Introduction to Theories of Personality. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar